TEMA : Banyak Pekerjaan, Banyak Berdoa
Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.... Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil.... Markus 1:35, 39
Tentang rencana pekerjaannya untuk esok hari, Luther berkata: ”Bekerja, dan sekali lagi bekerja, dari pagi buta hingga larut malam. Sesungguhnya, begitu banyak yang harus saya kerjakan, sehingga saya akan melewatkan tiga jam pertama di dalam doa”! Sebagai pemimpin reformasi gereja saat itu, Martin Luther jelas adalah orang yang sangat sibuk. Tetapi ia justeru banyak menghabiskan waktunya setiap hari di dalam doa. Sebab bagi Luther, semakin banyak yang harus ia kerjakan maka semakin banyak pula ia membutuhkan energi, hikmat dan tuntunan Tuhan melalui doa untuk menyelesaikan pekerjaannya tersebut.
Itulah juga yang dilakukan Tuhan Yesus, sebelum Ia melakukan aktivitasNya, berkeliling di seluruh Galilea untuk memberitakan injil, Ia terlebih dulu bersekutu dengan BapaNya di dalam doa. Pagi-pagi sekali, ketika hari masih gelap, selagi mentari pagi belum terbit di ufuk timur, Tuhan Yesus telah pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa. Dia sadar, dalam kapasitasnya sebagai manusia, Ia butuh tuntunan, kekuatan, dan penyertaan Bapa dalam pelayananNya. Karena itulah Dia selalu menyempatkan diri bersekutu dengan BapaNya.
Doa adalah bentuk ketergantungan kita pada Allah yang tak terbatas. Dan kita adalah manusia terbatas. Kekuatan kita terbatas, kemampuan kita terbatas, pengetahuan dan pengalaman kita juga terbatas. Karena itu kita butuh kekuatan, tuntunan dan hikmat dari Allah untuk melakukan aktivitas kita sehari-hari serta untuk menghadapi persoalan dan tantangan hidup setiap hari. Allah adalah sumber energi rohani yang kita butuhkan. Dan doalah yang menjadi “saluran” energi tersebut.
Jika Tuhan Yesus saja, yang adalah Anak Allah, masih merasa perlu berdoa kepada BapaNya, apalagi kita manusia yang penuh keterbatasan, tentu kita akan lebih membutuhkan Allah lagi dalam doa-doa kita. Sebab melalui doa, kita bisa mengumpulkan banyak energi yang kita butuhkan. Dan semakin banyak pekerjaan yang harus kita selesaikan justeru seharusnyalah membuat kita semakin banyak berdoa, sebab melalui doa itu kita mendapat banyak energi untuk menyelesaikan setiap pekerjaan kita tersebut. Karena itu sesibuk apa pun kita, kita harus selalu menyempatkan diri dalam berdoa.
Itulah juga yang dilakukan Tuhan Yesus, sebelum Ia melakukan aktivitasNya, berkeliling di seluruh Galilea untuk memberitakan injil, Ia terlebih dulu bersekutu dengan BapaNya di dalam doa. Pagi-pagi sekali, ketika hari masih gelap, selagi mentari pagi belum terbit di ufuk timur, Tuhan Yesus telah pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa. Dia sadar, dalam kapasitasnya sebagai manusia, Ia butuh tuntunan, kekuatan, dan penyertaan Bapa dalam pelayananNya. Karena itulah Dia selalu menyempatkan diri bersekutu dengan BapaNya.
Doa adalah bentuk ketergantungan kita pada Allah yang tak terbatas. Dan kita adalah manusia terbatas. Kekuatan kita terbatas, kemampuan kita terbatas, pengetahuan dan pengalaman kita juga terbatas. Karena itu kita butuh kekuatan, tuntunan dan hikmat dari Allah untuk melakukan aktivitas kita sehari-hari serta untuk menghadapi persoalan dan tantangan hidup setiap hari. Allah adalah sumber energi rohani yang kita butuhkan. Dan doalah yang menjadi “saluran” energi tersebut.
Jika Tuhan Yesus saja, yang adalah Anak Allah, masih merasa perlu berdoa kepada BapaNya, apalagi kita manusia yang penuh keterbatasan, tentu kita akan lebih membutuhkan Allah lagi dalam doa-doa kita. Sebab melalui doa, kita bisa mengumpulkan banyak energi yang kita butuhkan. Dan semakin banyak pekerjaan yang harus kita selesaikan justeru seharusnyalah membuat kita semakin banyak berdoa, sebab melalui doa itu kita mendapat banyak energi untuk menyelesaikan setiap pekerjaan kita tersebut. Karena itu sesibuk apa pun kita, kita harus selalu menyempatkan diri dalam berdoa.
0 komentar:
Posting Komentar